lomba blog

Kamera Untuk Sahabat Sejatiku

Rabu, April 05, 2017

Aku yakin ada saat-saat kalian pernah berada dalam kesulitan, kegalauan. Kalau sudah begitu pasti ada seseorang yang kamu cari untuk berbagi cerita atau meminta saran dan menenangkan hati. Siapa sosok yang kamu cari itu?

Kalau aku membutuhkan sosok sahabat sewaktu resah. Aku mempunyai beberapa sahabat tapi ada satu sosok sahabat yang sangat berbeda dari sahabat-sahabatku lainnya. Berbeda? Karena usia kami terpaut jauh yakni 30 tahun lebih bedanya. Mungkin bagi orang lain susah untuk bersahabat dengan orang yang jauh lebih tua, tapi bagiku tidak. Sebaliknya aku justru beruntung karena ia adalah sosok yang mau mengerti diriku dan selalu ada di waktu aku susah, sedih, bingung atau apapun yang merisaukan hatiku. 
source pixabay.com
Awalnya aku memandangnya sebagai sosok yang wajib dihormati. Usianya yang jauh lebih tua yang kaya pengalaman hidup. Aku sering berdiskusi dan menanyakan hal-hal yang membuatku ragu atau bingung akan suatu hal. Dia pun tanpa pamrih mau menunjukkan langkah-langkah yang baik untuk kehidupanku. Siapakah dia? Aku biasa memanggilnya Mama. Dialah sahabat sejatiku, orang yang paling kusayang dalam hidupku.

Kalian mungkin bingung, kok bisa Orangtua menjadi sahabat? Kenapa tidak. Banyak lho keuntungan bersahabat dengan orangtua. Misalnya rahasiamu cuma mereka yang tahu, memang terkadang jadi bahan ledekan setiap hari tapi dalam persahabatan itu adalah hal yang biasa, kan?

Kenapa aku menyayanginya? Sedikit flashback, kesehatanku sedikit terganggu sehingga kedua orang tuaku sangat protektif padaku. Sayangnya pada tahun 2005 aku kehilangan ayahku, ia kembali menghadap sang pencipta. Ketika itu aku baru naik ke kelas 6 SD. Semua itu merubah kehidupan keluarga kami.

Untunglah Mama tegar, menurut Mama anak-anaknya yang membuatnya kuat. Sedih sudah pasti, tapi ia tidak mau larut dalam kesedihan. Ada aku dan kakakku yang harus dirawatnya. Kakak perempuanku waktu itu bersekolah di pesantren dan tinggal di asrama. Jadilah aku tinggal hanya berdua dengan Mama saja.

Seiring waktu ia beralih menjadi kepala keluarga. Sejak saat itulah mulai muncul perbedaan-perbedaan di antara kami. Mama dan aku adalah dua orang yang sangat berbeda. Mama orangnya cepat dan ingin sempurna dan aku orangnya santai. Kami melalui banyak proses dalam hidup, melalui saat-saat sulit bersama, mengenal cara berpikir, kebiasaan dan sifat masing-masing.

Perbedaan generasi dan pandangan dalam beberapa hal membuat kami cekcok. Sama seperti remaja pada umumnya dulu aku susah diatur dan merasa dikekang. Seringnya kami ngobrol tiap hari akhirnya aku mulai belajar lebih toleransi dengan sifat kami yang berbeda dan kenapa beliau memberikan batasan untukku. Aku pun akhirnya sadar kalau semua itu untuk kebaikan diri sendiri.

Semakin kami dekat aku tidak hanya memandang beliau sebagai Ibu yang wajib dihormati. Mama adalah sosok yang serba bisa, bisa menjadi guru yang siap mengajarkanku tentang kehidupan, mengelola kesehatan dan keuangan. Mama juga memainkankan perannya sebagai seorang ayah. Misalnya mengganti bohlam lampu, membenarkan colokan hair drier yang putus, membetulkan sepeda, membetulkan printer yang macet. Terkadang Mama  menyulap dirinya menjadi tukang. Seperti mengganti keran, mengecat ulang dinding, mengganti gagang pintu yang patah sampai membuatkan rak buku. 




Mama juga bisa seperti polisi, mengawasiku mengelola keuangan, caraku berpakaian dan caraku bergaul tentunya. Akupun menyadari semua itu dilakukannya untuk anak-anaknya.  Rasa sayangku padanya semakin tumbuh. Love you, Ma.

Walaupun banyak perbedaan tapi Mama sahabatku nomor satu. Perbedaan-perbedaan itu lenyap ketika aku membutuhkan dukungannya. Mama akan memposisikan dirinya seperti sosok sahabat. Gaya dan bicaranya tidak seperti orang tua tapi seperti perempuan seusiaku sehingga aku bisa lepas curhat padanya. Sebagai sahabat sejati ia juga memberikan solusi dan menenangkanku. Sosok sahabat sejati inilah yang membuat aku sangat menyayanginya.

Kami memang berbeda, aku anak rumahan yang hobi membaca buku, menggambar dan menulis. Beliau suka berkebun, olahraga dan cinta alam. Mama sering mengajak pergi ke tempat wisata alam seperti curug, pantai dan lainnya. Aku lebih suka ke toko buku dan nonton. Bukannya aku tidak cinta alam ya, hanya cara kami mengekspresikan kecintaan pada alam berbeda.

Dibalik perbedaan yang ada, ada satu hal yang sama-sama kami sukai yaitu fotografi. Dengan ponsel jadul, ia senang jepret-jepret tapi bukan foto selfie. Objeknya tidak jauh dari kesukaannya yaitu alam. Sunset, sunrise, langit, awan, laut, gunung, danau, hutan sampai rumput liar pun dibidiknya.
 




Ponsel Mama itu jadul, walaupun sudah didorong buat beli yang baru Mama selalu menolak. Katanya, "Ini saja sudah cukup kok." Tapi Mama suka sebal sendiri "Kok warnanya buram?" "Kok fotomu bisa lebar, dek?" Kalau sudah begini aku menyodorkan kamera saku milikku dan mengajarinya cara dasar mengambil foto.

Melihat wajah Mama berbinar senang karena sukses mengambil gambar dengan setingan 'Macro' atau auto fokus itu lucu. Rasanya ingin sekali membuatnya senang dengan memberi hadiah Kamera mirrorless. Kenapa mirrorless? Karena pengaturannya mudah dan tidak seberat DSLR jadi Mama tidak akan kesulitan menggunakannya. Semoga aku bisa menghadiahkan sebuah kamera mirrorless untuk beliau, amin.
source google
Kalau kamu bagaimana? Siapa yang kamu sayangi? Jangan lupa sharing di comment box, ya!

You Might Also Like

18 komentar

  1. aku mau juga dong mirrorlessnya.. hihihi.. sukses ya mbak.. semoga bisa terwujud.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihim amiin. nanti kalo dapet n ketemu mba kita poto-poto sepuasnya! (amin amin ya Allah) buat mba juga sukses, amiin!

      Hapus
  2. Bagus juga ya hasil jepretan mamanya mbak annafi. Mau juga dong mirrorlessnya. Mudah-mudahan bisa terwujud ya(copas komen diatas):D
    Btw titip salam ya sama mamanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, itu pake filternya banyak mas jadi hasilnya mentereng. amiin, makasih doanya. Siipp~ ntar kusampein :)

      Hapus
  3. Kalau bicara soal mamah, hati langsung meleleh, terharu nggak keruan. Kangen kangen dan kangen. Mamahku juga gitu, hapenya sedari dulu jadul dan nggak mau ganti. Ingin rasanya aku ngasih hadiah hape buat mamah, tapi belum kesampean, pas mau ikutan elevenia, udah lewat. hiks :'( Semoga kamu bisa memberikan hadiah mirrorless untuk mamahmu ya fii :* Amiiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga keingin kita tercapai ya, Cor. Amiin.. masih banyak lomba say, pantengin aja. Kalo lombanya asoy aku kabarin kok ^^b

      Hapus
  4. Aamiin semoga terwujud ya,, aku jg mau,,😘😘

    BalasHapus
  5. Aku juga pengen belikan lensa kamera buat suami mbak, semoga terwujud ya mbak. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin, semoga keinginan kita buat ngasih hadiah bisa terkabul ya mba :D

      Hapus
  6. baca ini, aku jd kangen ama mamaku :( ... semoga nanti bisa belikan kamera mirrorless nya utk mama ya mba :).. yg di atas itu hasil foto mamamu semua?? bagus2 loh ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu fotonya ditimpa filter banyak jadi warnanya bagus, tadinya gelap hihi. Pasti girang nih kalau mamaku tau ada yg bilang jepretannya bagus hehe

      Hapus
  7. Wiii keren sekaliii

    -M.
    http://www.inklocita.com/2017/04/beli-jr-pass.html?m=1

    BalasHapus
  8. Waaa... kakak! Salfok pada kameranya terakhir, kemarin Uun beli yang A6000 ini cuma Uun kembalikan karena satu sama suatu hal... Akhirnya Uun ganti

    tapi untuk gambar dan kualias sensor juaraakkkk :D sampa maunangis pakenya :D

    www.christinauntari.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahahaha bisa salfok ya un xD

      aaaaa, kenapa? apa alasannya?? aku penasaran >A< Walah sampe nangis makenya, aku jadi makin penasaran >_<

      Hapus
  9. Sony emang keren kameranya :D
    tapi sekarang sony tak segencar dulu ya ngeluarin produknya, apa ane yg kudet. Hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. harganya di atas canon~ iya emang jarang. toh buat apa bentar2 ngeluarin terbaru ya kan~

      Hapus

Jangan pake link ya, terimakasih!