Postingan pertama blog ini di tahun 2019 adalah review buku.
Salah satu resolusiku adalah rajin baca buku lagi, ehehe. Bukan berarti tahun
lalu nggak baca sama sekali tapi ya lebih sering baca artikel di internet.
Mataku capek jadi kangen baca buku. Sebagai blogger belajar tentang bahasa itu
penting untuk menyebarkan informasi yang enak dibaca. Bahasa itu luas dan nggak
pasti, makanya kita harus tahu perkembangan kosa kata. Buku Xenoglosofilia:
Kenapa Harus Nginggris? karya Ivan Lanin ini yang akan saya bahas.
Xenoglosofilia |
Weight
|
0.2 kg
|
Dimensions
|
19 x 13 cm
|
ISBN
|
978-602-412-412-0
|
Penerbit
|
Penerbit Buku
Kompas
|
Penulis
|
Ivan
Lanin
|
Tanggal Terbit
|
2018
|
Jumlah Halaman
|
232
|
Ukuran
|
13 x 19 cm
|
Dalam buku Xenoglosofilia ada tiga bab yakni Xenoglosofilia,
Tanja dan Mana Bentuk yang Tepat? Saya sendiri belum selesai membaca buku ini
tapi tiap subjek yang dibahas tidak membingungkan kecuali kalau memang belum
pernah dengar kosa kata yang bikin mikir “Emang ada kata Swakriya?” (yang
artinya adalah DIYer/pekerjaan atau hasil karya yang dilakukan oleh amatir
tanpa pelatihan professional dalam bidang tertentu)
Pada bab Tanja (Tanya Jawab) kita akan menemukan pertanyaan
yang sering lewat di pikiran (apalagi untuk para narablog, wartawan dan
penulis) seperti penggunaan me-kan, me-i. lapor atau rapor? Hukum D-M, Bulat
dan bundar dan masih banyak lagi.
Mana Bentuk yang Tepat? Adalah bab terakhir buku ini,
melanjutkan bab Tanja namun topik yang dibahas lebih umum contohnya Di
mana/Dimana (dulu saya juga bingung dan sering lupa karena kebiasaan)
Setelah membaca
beberapa halaman dari buku ini langsung ingat kenapa nilai ulangan bahasa
Indonesia aku nggak pernah sempurna (bahasa Inggrisnya lebih tinggi)
hmmmmalujadinya. Nggak ada kata telat untuk belajar apalagi bahasa yang
dinamis.
Mengitingat banyak kosa kata Indonesia yang menggunakan kata
serapan dari bahasa asing seperti bahasa Belanda, bahasa Inggris. Dalam buku
ini selain mempelajari kata serapan kita juga tahu bahasa Indonesianya. Contohnya
Blogger (bahasa Inggris) yang bahasa Indonesianya Narablog.
Ramainya sosmed dengan beragam konten saya sering menemukan
iklan dalam bentuk poster, video yang menggunakan bahasa Inggris. Apa salah? Sebenarnya
nggak 100% salah, tapi kita jadi nggak tahu kalau bahasa Indonesia juga punya
kosa kata untuk satu hal/benda.
Bahasa yang digunakan Ivan Lanin dalam buku Xenoglosofilia mudah
dicerna, nggak terlalu baku khas buku kuliah tapi kesan serius masih ada. Walaupun
cover buku ini terlihat sederhana ternyata halaman buku ini warna-warni jadi
nggak bikin mata ngantuk.
Baca juga review buku 101 Dosa Penulis Pemula
Buku ini pas buat kamu yang ingin mempelajari kosa kata dan
tata bahasa Indonesia. Bisa cek tiwtternya di @Ivanlanin juga. Selain Ivan
Lanin ada akun @spa_si yang membahas bahasa Indonesia yang dipegang oleh @ja_rar
(Jarar Siahaan) seorang wartawan sejak 1994.
Semoga postingan ini bermanfaat dan informatif ya!